Apa yang menjadi tantangan seni rupa zaman sekarang agar mampu menarik perhatian, dipahami, dan dipelajari oleh remaja-remaja zaman sekarang?
Selama ini sepertinya kita menghiraukan para remaja SMA dalam pemetaan potensi kreatif visual kita. Kita lupa bahwa merekalah yang akan mengikuti tes-tes masuk ITB, IKJ, ISI atau kampus lainnya. Ada mereka yang benar-benar tertarik dengan dunia desain dan seni karena punya saudara yang bergelut di bidang itu. Ada juga yang senang membeli majalah desain atau tutorial photoshop lalu memutuskan untuk meneruskan hobi mereka. Tidak sedikit pula mereka yang bingung dan putus asa karena nilai mereka tidak cukup untuk tembus kedokteran, teknik sipil, atau arsitektur. Mereka pun melihat celah dan masuk ke FSRD, menyangka kuliah di situ lebih gampang karena tidak belajar matematika atau fisika. Seperti inilah cerminan bagaimana kurikulum nasional Indonesia memandang seni dan kreatifitas. Apa yang dilakukan 4 murid kelas 3 SMU dari Sekolah Pelita Harapan Sentul City (SPHSC) di bawah ini dapat menjadi harapan akan bibit-bibit baru untuk dunia seni visual Indonesia. Berikut adalah informasi pamerannya.
WHAT IS ART? EXHIBITION
2010 VISUAL ARTS DIPLOMA IB EXHIBITION
SEKOLAH PELITA HARAPAN SENTUL CITY
Kamis-Jumat, 15-16 April, 2010 dari 08.00 sampai 15.30
Sekolah Pelita Harapan Sentul City
Jl. Babakan Madang, Sentul City, Bogor
Pada era sekarang ini dimana setiap anak muda terlayani oleh budaya serba cepat dan serba siap, menjadikan mereka seringkali lupa untuk terdiam sejenak untuk mencoba mengerti proses pembuatan dan konsep di belakang sebuah produk budaya. Saya pikir hal di atas menjadi sangat penting dalam melihat pameran Diploma Visual Arts di SPHSC yang ke-4 ini. Disini kita akan melihat karya-karya seni visual yang sangat bervariasi. Dari karya-karya konvensional seperti lukisan minyak dan pastel hingga karya digital, animasi dan interaktif. Namun jangan hanya melihat dari tampilan luar atau eksekusinya saja. Hampir semua karya ini dihasilkan melalui proses riset dari tema, konsep, inspirasi dari seniman berbagai budaya dan jaman. Jauh dari sekedar “beauty contest”.
Selama 2 tahun terakhir, keempat remaja putri ini berjuang keras untuk melawan diri mereka sendiri. Monica Winny Suria belajar bagaimana sebuah karya seni harus dibangun oleh persiapan yang detil dan matang, sebuah kenyataan yang melelahkan dan masih panjang untuk dipelajari dimana sebelumnya ia mengandalkan bakat seni spontan dan ekspresif yang ternyata mengalami kebuntuan dalam eksplorasinya. Maria Tan yang akhirnya menyadari untuk menghasilkan sebuah karya yang baik, ia harus mau membuka diri dan belajar dari seniman-seniman lain. Bagaimana membuat karya tidak semata hanya menyelesaikan sebuah tugas, namun mengekspresikan diri dengan seluruh aspek diri, fisik, logika, mental, dan empati. Dalam perjalanannya, Sienny Wijaya belajar betapa pentingnya semiotika, simbol-simbol dikelola dalam sebuah karya untuk membentuk sebuah makna di benak penonton. Sementara itu, Elita Elkana belajar dalam prosesnya, sebuah perencanaan kadang kala harus disertai kompromi dan pengambilan keputusan yang cepat.
Di bawah ini dapat dilihat abstrak pameran dari setiap murid dimana mereka berbicara mengenai apa yang telah dipelajari selama 2 tahun terakhir. Saya pikir sudah saatnya kita memikirkan bagaimana seni dan desain mampu menjangkau para remaja Indonesia. Pameran ini dapat dilihat sebagai pemicu kita semua untuk mengajarkan seni dan kreatifitas dari semenjak usia belia.